Wali
Allah151 comments Syekh Siti Jenar (juga dikenal dalam banyak nama lain, antara
lain Sitibrit, Lemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yang dianggap
sebagai sufi dan salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa.Tidak ada
yang mengetahui secara pasti asal-usulnya. Di masyarakat, terdapat banyak
variasi cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar. Sebagian umat Islam
menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula
Gusti. Akan tetapi, sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah
seorang intelektual yang telah memperoleh esensi Islam itu sendiri.
Ajaran-ajarannya tertuang dalam karya sastra buatannya yang disebut pupuh.
Ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti Jenar adalah budi pekerti. Syekh Siti
Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan
ajaran Walisongo. Pertentangan praktik sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo
terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh
Walisongo. Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam dirinya,
yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada
masa itu, mirip dengan konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam yang dihukum mati
pada awal sejarah perkembangan Islam, kira-kira pada abad ke-9 Masehi) tentang
hulul yang berkaitan dengan kesamaan sifat Tuhan dan manusia. Dimana seharusnya
pemahaman ketauhidan melewati empat tahap, yaitu: Syariat, dengan menjalankan
hukum-hukum agama seperti salat, zakat, dan lain-lain, Tarekat, dengan
melakukan amalan-amalan seperti wirid, zikir dalam waktu dan hitungan tertentu,
Hakekat, di mana hakikat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan, dan
Makrifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Syekh Siti Jenar
juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam
menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala
berarti belum bisa disebut ikhlas. Manunggaling Kawula Gusti Dalam ajarannya
ini, pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut
dirinya sebagai Tuhan. Arti dari Manunggaling Kawula Gusti dianggap bukan
bercampurnya Tuhan dengan makhluk-Nya, melainkan bahwa Sang Pencipta adalah
tempat kembali semua makhluk dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah
bersatu dengan Tuhannya. Dalam ajarannya pula, Manunggaling Kawula Gusti
bermakna bahwa di dalam diri manusia terdapat roh yang berasal dari roh Tuhan
sesuai dengan ayat Al-Quran yang menerangkan tentang penciptaan manusia: “
Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya
dan Kutiupkan kepadanya roh-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud
kepadanya." Q.S. Shaad: 71-72 ” Dengan demikian ruh manusia akan menyatu
dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi. Perbedaan
penafsiran ayat Al-Qur’an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan
polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham
Manunggaling Kawula Gusti.
140 AJARAN DAN PEMIKIRAN
SYEIKH SITI JENAR
001. …. tidak usah
kebanyakan teori semua, karena sesungguhnya ingsun (saya) inilah Allah. Nyata
ingsun yang sejati, bergelar Prabu Satmata, yang tidak ada lain kesejatiannya
yang disebut sebangsa Allah.
002. Jika ada
seseorang manusia yang percaya kepada kesatuan lain selain Allah SWT, maka ia
akan kecewa karena ia tidak akan memperoleh apa yang ia inginkan.
003. Allah itu adalah
keadaanku, lalu mengapa kawan-kawanku sama memakai penghalang? Dan sesungguhnya
aku ini adalah haq Allah pun tiada wujud dua; saya sekarang adalah Allah, nanti
Allah, dzahir bathin tetap Allah, kenapa kawan-kawan masih memakai pelindung?.
004. Sebenarnya keberadaan dzat yang nyata itu
hanya berada pada mantapnya tekad kita, tandanya tidak ada apa-apa, tetapi
harus menjadi segala niat kita yang sungguh-sungguh.
005. Tidak usah
banyak bertingkah, saya ini adalah Tuhan. Ya, betul betul saya ini adalah Tuhan
yang sebenarnya, bergelar Prabu Satmata, ketahuilah bahwa tidak ada tuhan yang
lain selain saya.
006. Saya ini
mengajarkan ilmu untuk betul-betul dapat merasakan adanya kemanunggalan.
Sedangkan bangkai itu selamanya tidak ada. Adapun yang dibicarakan sekarang
adalah ilmu yang sejati yang dapat membuka tabir kehidupan. Dan lagi semuanya
sama. Tidak ada tanda secara samar-samar, bahwa benar-benar tidak ada perbedaan
yang bagaimanapun, saya akan tetap mempertahankan tegaknya ilmu tersebut.
007. Bahwa
sesungguhnya, lafadz Allah yaitu kesaksian akan Allah, yang tanpa rupa dan
tiada tampak akan membingungkan orang, karena diragukan kebenarannya. Dia tidak
mengetahui akan diri pribadinya yang sejati, sehingga ia menjadi bingung.
Sesungguhnya nama Allah itu untuk menyebut wakil-Nya, diucapkan untuk
menyatakan yang dipuja dan menyatakan suatu janji. Nama itu ditumbuhkan menjadi
kalimat yang diucapkan Muhammad Rasulullah.
008. ….. padahal
sifat kafir berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur lebur bercampur tanah.
Lain jika kita sejiwa dengan Dzat Yang Maha Luhur. Ia gagah berani, Maha Sakti
dalam syarak, menjelajahi alam semesta. Dia itu pangeran saya, yang menguasai
dan memerintah saya, yang bersifat wahdahniyah, artinya menyatukan diri dengan
ciptaan-Nya. Ia dapat abadi mengembara melebihi peluru atau anak sumpit, bukan
budi bukan nyawa, bukan hidup tanpa asal dari manapun, bukan pula kehendak
tanpa tujuan. Dia itu yang bersatu padu dengan wujud saya. Tiada susah payah,
kudrat dan kehendak-Nya, tiada kenal rintangan, sehingga pikiran keras dari
keinginan luluh tiada berdaya. Maka timbullah dari jiwa raga saya
kearif-bijaksanaan saya menjumpai ia sudah ada di sana.
009. Syeikh Lemah
Bang namaku, Rasulullah ya aku sendiri, Muhammad ya aku sendiri,Asma Allah itu
sesungguhya diri ku, ya akulah yang menjadi Allah ta’ala.
010. Jika Anda
menanyakan di mana rumah Tuhan, maka jawabnya tidaklah sukar. Allah berada pada
Dzat yang tempatnya tidak jauh, yaitu berada dalam tubuh manusia. Tapi hanya
orang yang terpilih saja yang bisa melihatnya, yaitu orang-orang suni.
011. Rahasia
kesadaran kesejatian kehidupan, ya ingsun ini kesejahteraan kehidupan, engkau
sejatinya Allah, ya ingsun sejatinya Allah; yakni wujud yang berbentuk itu
sejati itu sejatinya Allah, sirr (rahasia) itu Rasulullah, lisan (pengucap) itu
Allah, jasad Allah badan putih tanpa darah, sirr Allah, rasa Allah, rahasia
rasa kesejatian Allah, ya ingsun (aku) ini sejatinya Allah.
012. Adanya kehidupan
itu karena pribadi, demikian pula keinginan hidup itupun ditetapkan oleh diri
sendiri, tidak mengenal roh, yang melestarikan kehidupan, tiada turut merasakan
sakit ataupun lelah. Suka dukapun musnah karena tidak diinginkan oleh hidup.
Dengan demikian hidupnya kehidupan itu berdiri sendiri.
013. Dzat wajibul
maulana adalah yang menjadi pemimpin budi yang menuju ke semua kebaikan. Citra
manusia hanya ada dalam keinginan yang tunggal. Satu keinginan saja belum tentu
dapat dilaksanankan dengan tepat, apalagi dua. Nah cobalah untuk memisahkan
Dzat wajibul maulana dengan budi, agar supaya manusia dapat menerima keinginan
yang lain.
014. Hyang Widi,
kalau dikatakan dalam bahasa di dunia ini adalah baka bersifat abadi, tanpa
antara tiada erat dengan sakit apapun rasa tidak enak, ia berada baik disana,
maupun di sini, bukan ini bukan itu. Oleh tingkah yang banyak dilakukan dan
yang tidak wajar, menuruti raga, adalah sesuatu yang baru.
015. Gagasan adanya
badan halus itu mematikan kehendak manusia. Di manakah adanya Hyang Sukma,
kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilah cakrawala dunia, membubunglah ke
langit yang tinggi, selamilah dalam bumi sampai lapisan ke tujuh, tiada
ditemukan wujud yang mulia.
016. Kemana saja
sunyi senyap adanya; ke Utara, Selatan, Barat, Timur dan Tengah, yang ada di
sana hanya adanya di sini. Yang ada di sini bukan wujud saya. Yang ada dalam
diriku adalah hampa dan sunyi. Isi dalam daging tubuh adalah isi perut yang
kotor. Maka bukan jantung bukan otak yang pisah dari tubuh, laju peasat
bagaikan anak panah lepas dari busur, menjelajah Mekkah dan Madinah.
017. Saya ini bukan
budi, bukan angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar, bukan niat, bukan
udara, bukan angin, bukan panas, dan bukan kekosongan atau kealpaan. Wujud saya
ini jasad, yang akhirnya menjadi jenazah, busuk bercampur tanah dan debu. Napas
saya mengelilingi dunia, tanah, api, air, dan udara kembali ke tempat asalnya,
sebab semuanya barang baru bukan asli.
018. Maka saya ini
Dzat sejiwa yang menyatu, menyukma dalam Hyang Widi. Pangeran saya bersifat
Jalal dan Jamal, artinya Maha Mulia dan Maha Indah. Ia tidak mau sholat atas
kehendak sendiri, tidak pula mau memerintah untuk shalat kepada siapapun.
Adapun shalat itu budi yang menyuruh, budi yang laknat dan mencelakakan, tidak
dapat dipercaya dan dituruti, karena perintahnya berubah-ubah. Perkataannya
tidak dapat dipegang, tidak jujur, jika dituruti tidak jadi dan selalu mengajak
mencuri.
019. Syukur kalau
saya sampai tiba di dalam kehidupan yang sejati. Dalam alam kematian ini saya
kaya akan dosa. Siang malam saya berdekatan dengan api neraka. Sakit dan sehat
saya temukan di dunia ini. Lain halnya apabila saya sudah lepas dari alam
kematian. Saya akan hidup sempurna, langgeng tiada ini dan itu.
020. Menduakan kerja
bukan watak saya. Siapa yang mau mati dalam alam kematian orang kaya akan dosa.
Balik jika saya hidup yang tak kekak ajal, akan langeng hidup saya, tidak perlu
ini dan itu. Akan tetapi saya disuruh untuk memilih hidup atau mati saya tidak
sudi. Sekalipun saya hidup, biar saya sendiri yang menentukan.
021. …….Betapa banyak
nikmat hidup manfaatnya mati. Kenikmatan ini dijumpai dalam mati, mati yang
sempurna teramat indah, manusia sejati adalah yang sudah meraih ilmu. Tiada dia
mati, hidup selamanya, menyebutnya mati berarti syirik, lantaran tak tersentuh
lahat, hanya beralih tempatlah dia memboyong kratonnya.
022. Aku angkat saksi
dihadapan Dzat-KU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku. Dan Aku
angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU, sesungguhnya yang disebut
Allah adalah ingsun (aku) diri sendiri. Rasul itu rasul-KU, Muhammad itu
cahaya-KU, aku Dzat yang hidup yang tak kena mati, Akulah Dzat yang kekal yang
tidak pernah berubah dalam segala keadaan. Akulah Dzat yang bijaksana tidak ada
yang samar sesuatupun, Akulah Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Kuasa dan Yang
Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian, sempurna terang benderang, tidak
terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanyalah aku yang meliputi sekalian
alam dengan kudrat-KU.
023. Janganlah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah keberadaan Allah. Disebut
Imannya Iman.
024. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah tempat manunggalnya Allah.
Disebut Imannya Tauhid.
025. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah sifatnya Allah. Disebut
Imannya Syahadat.
026. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kewaspadaan Allah. Disebut
Imannya Ma’rifat.
027. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah menghadap Allah. Disebut
Imannya Shalat.
028. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan,
karena engkau adalah kehidupannya Allah. Disebut Imannya Kehidupan.
029. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kepunyaan dan keagungan Allah.
Disebut Imannya Takbir.
030. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah pertemuan Allah. Disebut
Imannya Saderah.
031. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kesucian Allah. Disebut
Imannya Kematian.
032. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah wadahnya Allah. Disebut Imannya
Junud.
033. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah bertambahnya nikmat dan
anugrah Allah. Disebut Imannya Jinabat.
034. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah asma Nama Allah. Disebut
Imannya Wudlu.
035. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah ucapan Allah. Disebut Imannya
Kalam
.036. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah juru bicara Allah. Disebut
Imannya Akal.
037. Jangalah ragu
dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah wujud Allah, yaitu tempat
berkumpulnya seluruh jagad alam mayapada, dunia akhirat, surga neraka,arsy
kursi, loh kalam, bumi langit, manusia, jin, iblis laknat, malaikat, nabi,
wali, orang mukmin, nyawa semua, itu berkumpul di pucuknya jantung, yang
disebut alam khayal (ala al-khayal). Disebut Imannya Nur Cahaya.
038. Yang disebut
kodrat itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yang menyamai. Kekuasannya
tanpa piranti, keadaan wujudnya tidak ada baik luar maupun dalam merupakan
kesatuan, yang beraneka ragam.
039. Iradat artinya
kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untuk mengetahui keadaan, yang lepas
jauh dari panca indra bagaikan anak gumpitan lepas tertiup.
040. Inilah maksudnya
syahadat: Asyhadu berarti jatuhnya rasa, Ilaha berarti kesetian rasa, Ilallah
berarti bertemunya rasa, Muhammad berartihasil karya yang maujud dan Pangeran
berarti kesejatian hidup.
041. Mengertilah
bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tahu maka sakaratnya masih
mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya seperti hewan.
042. Syahadat allah,
allah badan lebur menjadi nyawa, nyawa lebur menjadi cahaya, cahaya lebur
menjadi roh, roh lebur menjadi rasa, rasa lebur sirna kembali kepada yang
sejati, tinggalah hanya Allah semata yang abadi dan terkematian. (Terjemahan
dalam Bahasa Indonesia).
043. Syahadat Ananing
Ingsun, Asyhadu keberadaan-KU, La Ilaha bentuk wajahku, Ilallah Tuhanku,
sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, yaitu badan dan nyawa seluruhnya.
(Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
044. Syahadat Panetep
Panatagana yaitu, yang menjadi bertempatnya Allah, menghadap kepada Allah,
bayanganku adalah roh Muhammad, yaitu sejatinya manusia, yaitu wujudnya yang
sempurna. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
045. Kenikmatan mati
tak dapat dihitung ….tersasar, tersesat, lagi terjerumus, menjadikan kecemasan,
menyusahkan dalam patihnya, justru bagi ilmu orang remeh…..
046. Segala sesuatu
yang wujud, yang tersebar di dunia ini, bertentangan dengan sifat seluruh yang
diciptakan, sebab isi bumi itu angkasa yang hampa.
047. Shalat lima kali
sehari adalah pujian dan dzikir yang merupakan kebijaksanaan dalam hati menurut
kehendak pribadi. Benar atau salah pribadi sendiri yang akan menerima, dengan
segala keberanian yang dimiliki.
048. Pada permulaan
saya shalat, budi saya mencuri, pada waktu saya dzikir, budi saya melepaskan
hati, menaruh hati kepada seseorang, kadang-kadang menginginkan keduniaan yang
banyak, lain dengan Dzat Maha yang bersama diriku, Nah, saya inilah Yang Maha
Suci, Dzat Maulana yang nyata, yang tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat
dibayangkan.
049. Syahadat,
shalat, dan puasa itu adalah amalan yang tidak diinginkan, oleh karena itu
tidak perlu dilakukan. Adapun zakat dan naik haji ke Makkah, keduanya adalah
omong kosong. Itu semua adalah palsu dan penipuan terhadap sesama manusia.
Menurut para auliya’ bila manusia melakukannya maka dia akan dapat pahala itu
adalah omong kosong, dan keduanya adalah orang yang tidak tahu.
050. Tiada pernah
saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid mengenakan jubah,
pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala, berbelang.
Sesungguhnya hal itu tidak masuk akal. Di dunia ini semua manusia adalah sama.
Mereka semua mengalami suka duka, menderita sakit dan duka nestapa, tiada
bedanya satu dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti Jenar, hanya setia
pada satu hal, saja, yaitu Gusti Dzat Maulana.
051. ….Gusti Dzat
Maulana. Dialah yang luhur dan sangat sakti, yang berkuasa Maha Besar, lagi
pula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas segala kehendak-Nya. Dialah Maha
Kuasa pangkal mula segala ilmu, Maha Mulia, Maha Indah, Maha Sempurna, Maha
Kuasa, Rupa warna-nya tanpa cacat, seperti hamba-Nya. Di dalam raga manusia ia
tiada tanpak. Ia sangat sakti menguasai segala yang terjadi, dan menjelajahi
seluruh alam semesta, Ngindraloka.
052. Hyang Widi,
wujud yang tak tampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya
mempunyai wujud, sperti penampakan raga yang tiada tanpak. Warnanya
melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus
menerus, menggambarkan kenyataan tiada dusta, ibaratnya kekal tiada bermula,
sifat dahulu yang meniadakan permulaan, karena asal diri pribadi.
053. Mergertilah
bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tahu maka sekaratnya masih
mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya seperti hewan.
054. Syekh Siti Jenar mengetahui benar di mana
kemusnahan anta ya mulya, yaitu Dzat yang melanggengkan budi, berdasarkan dalil
ramaitu, ialah dalil yang dapat memusnahkan beraneka ragam selubung, yaitu
dapat lepas bagaikan anak panah, tiada dapat diketahui di mana busurnya.
Syari’at, tarekat, hakekat, dan ma’rifat musnah tiada terpikirkan. Maka
sampailah Syekh Siti Jenar di istana sifat yang sejati.
055. Kematian ada dalam hidup, hidup ada dalam
mati. Kematian adalah hidup selamanya yang tidak mati, kembali ke tujuan dan
hidup langgeng selamanya, dalam hidup ini adalah ada surga dan neraka yang
tidak dapat ditolak oleh manusia. Jika manusia masuk surga berarti ia senang,
bila manusia bingung, kalut, risih, muak, dan menderita berarti ia masuk
neraka. Maka kenikmatan mati tak dapat dihitung.
056. Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi
dengan panca indera. Panca indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah
diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur
bersifat najis. Oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai
pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal
dari panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat
menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur. Akal itu
pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan merusak kebahagiaan
orang lain. Dengki juga akan menimbulkan kejahatan, kesombongan yang pada
akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah
sampai sedemikian parahnya manusia biasanya baru menyesali perbuatannya.
057. Apakah tidak
tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, dan sumsum busa rusak dan
bagaimana cara Anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali setiap
barinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi akhirnya kena debu
juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat
membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru.
Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat dunia
ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.
058. Segala sesuatu
yang terjadi di alam ini pada hakikatnya adalah perbuatan Allah. Berbagai hal
yang dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi
sangat salah besar bila ada yang menganggap bahwa yang baik itu dari Allah dan
yang buruk adalah dari selain Allah. Oleh karena itu Af’al allah harus dipahami
dari dalam dan dari luar diri manusia. Misalnya saat manusia menggoreskan
pensil, di situlah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yang dipancarkan
oleh Allah kepada makhluk-Nya, yaitu kemampuan gerak pensil. Tanah yang terlempar
dari tangan seseorang itu adalah berdasar kemampuan kodrati gerak tangan
seseorang, ”maksudnya bukanlah engkau yang melempar, melainkan allah yang
melempar ketika engkau melempar.
059. Di dunia ini
kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi rusak dan bercampur
tanah. Ketahuilah juga bahwa apa yang dinamakan kawulo-gusti tidak berkaitan
dengan seorang manusia biasa seperti yang lain-lain. Kawulo dan Gusti itu sudah
ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka.
Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-gusti itu belaku, yakni selama saya
mati. Nanti kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawulo lenyap, yang tinggal
hanya hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam Anda sendiri. Bial kamu belum
menyadari kata-kataku, maka dengan tepat dapat dikatakan bahwa kamu masih
terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak hihuran macam
warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak
melihat, bahwa itu hanya akibat panca indera. Itu hanya impian yang sama sekali
tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orng
yang terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam
kerajaan kematian, satu-satunya yang ku usahakan ualah kembali kepada kehidupan
.060. Bukan kehendak,
angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsupun bukan, bukan juga
kekosongan atau kehampaan, penampilanku bagai mayat baru, andai menjadi gusti
jasadku dapat busuk bercampur debu, napsu terhembus ke segala penjuru dunia,
tanah, api, air kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru.
061. Bumi, langit dan
sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia. Manusialah yang memberi nama.
Buktinya sebelum saya lahir tidak ada.
062. Sesungguhnya
pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara ajaran Islam dengan Syiwa Budha.
Hanya nama, bahasa, serta tatanan yang berbeda. Misalnya dalam Syiwa Budha
dikenal Yang Maha Baik dan Pangkal Keselamatan, sementara dalam Islam kita
mengenal Allah al Jamal dan as Salam. Jika Syiwa dkenal sebagai pangkal
penciptaan yang dikenal dengan Brahmana maka dalam Islam kita mengenal al
Khaliq. Syiwa sebagai penguasa makhluk disebut Prajapati, maka dalam Islam kita
mengenal al Maliku al Mulki. Jika Syiwa Maha Pemurah dan Pengasih disebut Sankara,
maka dalam Islam kita mengena ar-Rahman dan ar-Rahim.
063. Kehilangan
adalah kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafir papa, yang tidak memiliki
apa-apa maka tidak akan pernah kehilangan apa-apa.
064. Jika engkau
kagum kepada seseorang yang engkau anggap Wali Allah, jangan engkau terpancang
pada kekaguman akan sosok dan perilaku yang diperbuatnya. Sebab saat seseorang
berada pada tahap kewalian, maka keberadaan dirinya sebagai manusia telah
lenyap, tenggelam ke dalam al Waly.
065. Kewalian bersifat terus menerus, hanya
saja saat tenggelam dalam al Waly. Berlangsungnya Cuma beberapa saat. Dan saat
tenggelam ke dalam al Waly itulah sang wali benar-benar menjadi pengejawantahan
al Waly. Lantaran itu sang wali memiliki kekeramatan yang tidak bisa diukur
dengan akal pikiran manusia, dimana karamah itu sendiri pada hakekatnya
pengejawantahan al Waly. Dan lantaran itu pila yang dinamakan karamah adalah
sesuatu diluar kehendak sang wali pribadi. Semua itu semata-mata kehendak-Nya
mutlak.
066. Kekasih Allah
itu ibarat cahaya. Jika ia berada di kejahuan, kelihatan sekali terangnya.
Namun jika cahaya itu didekatkan ke mata, mata kita akan silau dan tidak bisa
melihatnya dengan jelas. Semakin dekat cahaya itu kemata maka kita akan semakin
buta tidak bisa melihatnya.
067. Engkau bisa
melihat cahaya kewalian pada diri seseorang yang jauh darimu. Namun engkau
tidak bisa melihat cahaya kewalian yang memancar dari diri orang-orang yang
terdekat denganmu.
068. Saya hanya akan
memberi sebuah petunjuk yang bisa digunakan untuk meniti jembatam (shiratal
mustaqim) ajaib ke arahnya. Saya katakan ajaib karena jembatan itu bisa
menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak mereka yang meniti dengan tujuan yang
hendak dicapai.
069. Bagi kalangan
awan, istighfar lazimnya dipahami sebagai upaya memohon ampun kepada Allah
sehingga mereka memperoleh pengampunan. Tetapi bagi para salik, istighfar
adalah upaya pembebasan dari belenggu kekakuan kepada Allah sehingga memperoleh
ampun yang menyingkap tabir ghaib yang menyelubungi manusia. Sesungguhnya di
dalam asma al Ghaffar terangkum makna Maha Pengampun dan juga Maha menutupi,
Maha Menyembunyikan dan Maha Menyelubungi.
070. Semua itu
terikat itu benar, hanya nama dan caranya saja yang berbeda. Justru ”cara” itu
menjadi salah dan sesat ketika sang salik melihat menilai terlalu tinggi ”cara”
yang diikutinya sehinga menafikan ”cara” yang lain.
071. Semua rintangan
manusia itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk yang hidup di atas
permukaan bumi. Allah membentangkan tujuh lapis langit yang kokoh di atas kita,
sebagaimana bumipun berlapis tujuh, dan samuderapun berlapis tujuh. Bahkan
neraka berlapis tujuh. Tidakkah anda ketahui bahwa suragapun berjumlah tujuh.
Tidakkah Anda ketahui bahwa dalam beribadaaah kepada Allah manusia diberi
piranti tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Quran untuk menghubungkang
dengan-Nya? Tidakkah Anda sadari bahwa saat Anda sujud anggota badan Anda yang
menjadi tumpuan?
072. Di dunia manusia
mati. Siang malam manusia berpikir dalam alam kematian, mengharap-harap akan
permulaan hidupnya. Hal ini mengherankan sekali. Tetapi sesungguhnya manusia di
dunia ini dalam alam kematian, sebab di dunia ini banyak neraka yang dialami.
Kesengsaraan, panas, dingin, kebingungan, kekacauan, dan kehidupan manusia
dalam alam yang nyata.
073. Dalam alam ini
manusia hidup mulia, mandiri diri pribadi, tiada diperlukan lantaran ayah dan
ibu. Ia berbuat menurut keinginan sendiri tiada berasal dari angin, air, tanah,
api, dan semua yang serba jasad. Ia tidak menginginkan atau mengharap-harapkan
kerusakan apapun. Maka apa yang disebut Allah ialah barang baru, direka-reka
menurut pikiran dan perbuatan.
074. Orang-orang muda
dan bodoh banyak yang diikat oleh budi, cipta iblis laknat, kafir, syetan, dan
angan-angan yang muluk-muluk, yang menuntun mereka ke yang bukan-bukan. Orang
jatuh ke dalam neraka dunia karena ditarik oleh panca indera, menuruti nafsu
catur warna : hitam, merah, kuning, serta putih, dalam jumlah yang besar
sekali, yang masuk ke dalam jiwa raganya.
075. Saya merindukan
hidup saya dulu, tatkala saya masih suci tiada terbayangkan, tiada kenal arah,
tiada kenal tempat, tiada tahu hitam, merah, putih, hijau, biru dan kuning.
Kapankah saya kembali ke kehidupan saya yang dulu? Kelahiranku di dunia alam kematian
itu demikian susah payahnya karena saya memiliki hati sebagai orang yang
mengandung sifat baru.
076. Kelahiranku di
dunia kematian itu demikian susah payahnya karena saya memiliki hati sebagai
orang yang mengandung sifat baru.
077. Keinginan baru,
kodrat, irodat, samak, basar dan ’aliman. Betul-betul terasa amat berat di alam
kematian ini. Panca pranawa kudus, yaitu lima penerangan suci, semua sifat
saya, baik yang dalam maupun yang luar, tidak ada yang saya semuanya iti
berwujud najis, kotor dan akan menjadi racun. Beraneka ragam terdapat tersebut
dalam alam kematian ini. Di dunia kematian, manusia terikat oleh panca indera,
menggunakan keinginan hidup, yang dua puluh sifatnya, sehingga saya hampir
tergila-gila dalam kematian ini.
078. Hidup itu
bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini merupakan
barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi
tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis, oleh karena itu panca indera
tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran,
angan-angan dan kesadaran, berasal dari panca indera, tidak dapat dipakai
sebagai pandangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur
dan sering kali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak kita
berbuat dengki, bahkan merusak kebahagian orang lain. Dengki juga akan
menimbulkan kejahatan, kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam
kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah samapai sedemikian parahnya
manuasia biasanya baru menyesali perbuatannya.
079. Apakah tidak
tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, sungsum, bisa merusak dan bagaimana
cara anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali tiap harinya
akhirnya mati juga. Meskipun badan anda, anda tutupi akhirnya kena debu juga.
Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa
pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan
tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.
080. Mayat-mayat
berkeliaran kemana-mana, ke Utara dan ke Timur, mencari makan dan sandang yang
bagus dan permata serta perhiasan yang berkilauan, tanpa mengetahui bahwa
mereka adalah mayat-mayat belaka. Yang naik kenderaan, dokar atau bendi itu juga
mayat, meskipun seringkali ia berwatak keji terhadap sesamanya.
081. Orang yang
dihadapi oleh hamba sahayanya, duduk di kursi, kaya raya, mempunyai tanah dan
rumah yang mewah, mereka sangat senang dan bangga. Apakah ia tidak tahu, bahwa
semua benda yang terdapat di dunia akan musnah menjadi tanah. Meskipun demikian
ia bersifat sombong lagi congkak. Oh, berbelas kasihan saya kepadanya. Ia tidak
tahu akan sifat-sifat dan citra dirinya sebagai mayat. Ia merasa dirinya yang
paling cukup pandai.
082. Di alam kematian
ada surga dan neraka, dijumpai untung serta sial. Keadaan di dunia seperti ini
menurut Syekh Siti Jenar, sesuai dengan dalil Samarakandi ”al mayit pikruhi
fayajitu kabilahu” artinya Sesungguhnya orang yang mati, menemukan jiwa raga
dan memperoleh pahala surga serta neraka.
083. ”Keadaan itulah yang dialami manusia
sekarang” demikian pendapat Syekh Siti Jenar, yang pada akhirnya Siti Jenar
siang malam berusaha untuk mensucikan budi serta menguasai ilmu luhur dengan
kemuliaan jiwa.
084. Di alam kematian terdapat surga dan
neraka, yakni bertemu dengan kebahagian dan kecelakaan, dipenuhi oleh hamparan
keduniawian. Ini cocok dengan dalil Samarakandi analmayit pikutri, wayajidu
katibahu. Sesungguhnya orang mati itu akan mendapatkan raga bangkainya, terkena
pahala surga serta neraka.
085. Surga neraka
tidaklah kekal dan dapat lebur, ataupun letaknya hanya dalam rasa hati
masing-masing pribadi, senang puas itulah surga, adapun neraka ialah jengkel,
kecewa dalam hati. Bahwa surga neraka terdapat dia akhirat. Itulah hal yang
semata khayal tidak termakan akal.
086. Sesungguhnya,
menurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidak kekal. Yang menganggap
kekal surga neraka itu adalah kalangan awam. Sesungguhnya mereka berdua wajib
rusak dan binasa. Hanya Allah Dzat yang wajib abadi, kekal, langgeng, dan
azali.
087. Sesungguhnya,
tempat kebahagian dan kemulian yang disebut swarga oleh orang-orang
Hindu-Budha, di dalam Islam disebut dengan nama Jannah (taman), yang bermakna
tempat sangat menyenangkan yang di dalamnya hanya terdapat kebahagian dan
kegembiraan. Hampir mirip dengan swarga yang dikenal di dalam Syiwa-Budha, di
dalam Islam dikenal ada tujuh surga besar yang disebut ’alailliyyin,al-Firdaus,
al-Adn, an-Na’im, al-Khuld, al-Mawa, dan Darussalam. Di surga-surga itulah
amalan orang-orang yang baik ditempatkan sesuai amal ibadahnya selam hidup di
dunia.
088. Sementara itu,
tidak berbeda dengan ajaran Syiwa-Budha yang meyakini adanya Alam Bawah, yaitu
neraka yang bertingkat-tingkat dan jumlahnya sebanyak jenis siksaan, Islam pun
mengajarkan demikian. Jika dalam ajaran Syiwa-Budha dikenal ada tujuh neraka
besar yaitu, Sutala, Wtala, Talata, Mahatala, Satala, Atala, dan Patala. Maka
dalam Islam juga dikenal tingkatan neraka yaitu, Jahannam, Huthama, Hawiyah,
Saqar, Jahim, dal Wail.
089. Sebetulnya yang
disebut awal dan akhir itu berda dalam cipta kita pribadi, seumpama jasad di
dalam kehidupan ini sebelum dilengkapi dengan perabot lengkap, seperti umur 60
tahun, disitu masih disebut sebagai awal, maka disebut masyriq (timur) yang
maknanya mengangkat atau awal penetapan manusia, serta genapnya hidup.
090. Yang saya sebut
Maghrib (Barat) itu penghabisan, maksudnya saat penghabisan mendekati akhir,
maksudnya setelah melali segala hidup di dunia. Maka, sejatinya awal itu
memulai, akhir mengakhiri. Jika memang bukan adanya zaman alam dunia atau zaman
akhirat, itu semua masih dalam keadaan hidup semua.
091. Untuk keadaan
kematian saya sebut akhirat, hanyalah bentuk dari bergantinya keadaan saja.
Adapun sesungguhnya mati itu juga kiamat. Kiamat itu perkumpulan, mati itu roh,
jadi semua roh itu kalau sudah menjadi satu hanya tinggal kesempurnaannya saja.
092. Moksanya roh
saya sebut mati, karena dari roh itu terwujud keberadaan Dzat semua, letaknya
kesempurnaan roh itu adalah musnahnya Dzat. Akan tetapi bagi penerapan ma’rifat
hanya yang waspada dan tepat yang bisa menerapkan aturannya. Disamping semua
itu, sesungguhnya semuanya juga hanya akan kembali kepada asalnya
masing-masing.
093. Ketahuilah,
bahwa surga dan neraka itu dua wujud, terjadinya dari keadaan, wujud makhluk
itu dari kejadian. Surga dan neraka sekarang sudah tampak, terbentuk oleh
kejadian yang nyata.
094. Saya berikan
kiasan sebagai tanda bukti adanya surga, sekarang ini sama sekali berdasarkan
wujud dan kejadian di dunia. Surga yang luhur itu terletak dalam perasaan hati
yang senang. Tidak kurang orang duduk dalam kenderaan yang bagus merasa sedih
bahkan menangis tersedu-sedu, sedang seorang pedagang keliling berjalan kaki
sambil memikul barang dagangannya menyanyi sepanjang jalan. Ia menyanyikan
berbagai macam lagu dengan suara yang terdengar mengalun merdu, sekalipun ia
memikul, menggendong, menjinjing atau menyunggi barang dagangannya pergi ke
Semarang. Ia itu menemukan surganya, karena merasa senang dan bahagia. Ia tidur
di rumah penginapan umum, berbantal kayu sebagai kalang kepala, dikerumuni
serangga penghisap darah, tetapi ia dapat tidur nyenyak.
095. Orang di surga
segala macam barang serba ada, kalau ingin bepergian serba enak, karena kereta
bendi tersedia untuk mondar-mandir kemana saja. Tetapi apabila nerakanya
datang, menangislah ia bersama istri atau suaminya dan anak-anaknya.
096. Manusia yang
sejati itu ialah yang mempunyai hak dan kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa, serta
mandiri diri pribadi. Sebagai hamba ia menjadi sukma, sedang Hyang Sukma
menjadi nyawa. Hilangnya nyawa bersatu padu dengan hampa dan kehampaan ini
meliputi alam semesta.
097. Adanya Allah
karena dzikir, sebab dengan berdzikir orang menjadi tidak tahu akan adanya Dzat
dan sifat-sifatnya. Nama untuk menyebut Hyang Manon, yaitu Yang Maha Tahu,
menyatukan diri hingga lenyap dan terasa dalam pribadi. Ya dia ya saya. Maka
dalam hati timbul gagagasan, bahwa ia yang berdzikir menjadi Dzat yang mulia.
Dalam alam kelanggengan yang masih di dunia ini, dimanapun sama saja, hanya
manusia yang ada. Allah yang dirasakan adanya waktu orang berdzikir, tidak ada,
jadi gagasan yang palsu, sebab pada hakikatnya adanya Allah yang demikian itu
hanya karena nama saja.
098. Manusia yang
melebihi sesamanya, memiliki dua puluh sifat, sehingga dalam hal ini antara
agama Hindu-Budha Jawa dan Islam sudah campur. Di samping itu roh dan nama
sudah bersatu. Jadi tiada kesukaran lagi mengerti akan hal ini dan semua sangat
mudah dipahami.
099. Manusia hidup
dalam alam dunia ini hanya menghadapi dua masalah yang saling berpasangan,
yaitu baik buruk berpasangan dengan kamu, hidup berjodoh dengan mati, Tuhan
berhadapan dengan hambanya.
100. Orang hidup
tiada merasakan ajal, orang berbuat baik tiada merasakan berbuat buruk dan jiwa
luhur tiada bertempat tinggal. Demikianlah pengetahuan yang bijaksana, yang
meliputi cakrawala kehidupan, yang tiada berusaha mencari kemuliaan kematian,
hidup terserah kehendak masing-masing.
101. Keadaan hidup
itu berupa bumi, angkasa, samudra dan gunung seisinya, semua yang tumbuh di
dunia, udara dan angin yang tersebar di mana-mana, matahari dan bulan menyusup
di langit dan keberadaan manusia sebagai yang terutama.
102. Allah bukan
jauhar manik, yaitu ratna mutu manikam, bukan jenazah dan rahasia yang
ghaib....Syahadat itu kepalsuan.
103. akhirat di dunia
ini tempatnya. Hidup dan matipun hanya didunia ini.
104. Bayi itu berasal
dari desakan. Setelah menjadi tua menuruti kawan. Karena terbiasa waktu kanak-kanak
berkumpul dengan anak, setelah tua berkumpul dengan orang tua.
Berbincang-bincanglah mereka tentang nama sunyi hampa, saling bohong
membohongi, meskipun sifat-sifat dan wujud mereka tidak diketahui.
105. Takdir itu tiada
kenal mundur, sebab semuanya itu ada dalam kekuasaan Yang Murba Wasesa yang
menguasai segala kejadian.
106. Orang mati tidak
akan merasakan sakit, yang merasakan sakit itu hidup yang masih mandiri dalam
raga. Apabila jiwa saya telah melakukan tugasnya, maka dia akan kembali ke alam
aning anung, alam yang tentram bahagia, aman damai dan abadi. Oleh karena itu
saya tidak takut akan bahaya apapun.
107. Menurut pendapat
saya. Yang disebut ilmu itu ialah segala sesuatu yang tidak kelihatan oleh
mata.
108. Mana ada Hyang
Maha Suci? Baik di dunia maupun di akhirat sunyi. Yang ada saya pribadi.
Sesungguhnya besok saya hidup seorang diri tanpa kawan yang menemani. Disitulah
Dzatullah mesra bersatu menjadi saya.
109. Karena saya di
dunia ini mati, luar dalam saya sekarang ini, yang di dalam hidupku besok, yang
di luar kematianku sekarang.
110. Orang yang ingin
pulang ke alam kehidupan tidak sukar, lebih-lebih bagi murid Siti Jenar, sebab
ia sudah paham dengan menguasai sebelumnya. Di sini dia tahu rasanya di sana,
di sana dia tahu rasanya di sini.
111. Tiada bimbang
akan manunggalnya sukma, sukma dalam keheningan, tersimpan di hati sanubari,
terbukalah tirai, tak lain antara sadar dan tidur, ibarat kaluar dari mimpi,
menyusupi rasa jati.
112. Manusia tidak
boleh memiliki daya atau keinginan yang buruk dan jelek.
113. Manusia tidak
boleh berbohong.
114. Manusia tidak
boleh mengeluarkan suara yang jorok, buruk, saru, tidak enak didengar, dan
menyakiti orang lain. 115. Manusia tidak boleh memakan daging (hewan darat,
udara ataupun air).
116. Manusia tidak
boleh memakan nasi kecuali yang terbuat dari bahan jagung.
117. Manusia tidak
boleh mengkhianati terhadap sesama manusia.
118. manusia tidak
boleh meminum air yang tidak mengalir.
119. Manusia tidak
boleh membuat dengki dan iri hari.
120. Manusia tidak
boleh membuat fitnah.
121. Manusia tidak
boleh membunuh seluruh isi jagad.
122. manusia tidak
boleh memakan ikan atau daging dari hewan yang rusuh, tidak patut, tidak
bersisik, atau tidak berbulu.
123. Bila jiwa badan
lenyap, orang menemukan kehidupan dalam sukma yang sungguh nyata dan tanpa
bandingan. Ia dapat diumpamakan dengan isinya buah kamumu. Pramana
menampilkannya manunggal dengan asalnya dan dilahirkan olehnya.
124. tetapi yang kau
lihat, yang nampaknya sebagai sebuah boneka penuh mutiara bercahaya indah, yang
memancarkan sinar-sinar bernyala-nyala, itu dinamakan pramana. Pramana itu
kehidupan badan. Ia manunggal dengan badan, tetapi tidak ambail bagian dalam
suka dan dukanya. Ia berada di dalam badan.
125. Tanpa turut
tidur dan makan tanpa menderita kesakitan atau kelaparan. Bila ia terpisah dari
badan, maka badan ikut tertinggal tanpa daya, lemah. Pramana itulah yang mampu
mengemban rasa, karena ia dihidupi oleh sukma. Kepadanya diberi anugrah
mengemban kehidupan yang dipandang sebagai rahasia rasa nya Dzat.
126. Penggosokan
terjadi karena digerakkan oleh angin. Dari kayu yang menjadi panas muncullah
asap, kemudian api. Api maupun asap keluar dari kayu. Perhatikanlah saat
permulaan segala sesuatu, segala yang dapat diraba dengan panca indera, keluar
dari yang tidak kelihatan tersembunyi…..
127. Ada orang yang
menyepi dipantai. Mereka melakukan konsentrasi di tepi laut. Buka dua hal yang
mereka pikirkan. Hanya Pencipta semesta alam yang menjadai pusat perhatiannya.
Karena kecewa belum dapat berjumpa dengan-Nya, maka mereka lupa makan dan
tidur.
128. Badan jasmani
disebut cermin lahir, karena merupakan cermin jauh dari apa yang dicari dalam
mencerminkan wajah dia yang ber-paes. Cermin batin jauh lebih dekat.
129. Siang malam
terus menerus mereka lakukan shalat. Dengan tiada hentinya terdengarlah pujian
dan dzikir mereka. Dan kadang mereka mencari tempat lain dan melakukan
konsentrasi di kesunyian hutan. Luar biasalah usaha mereka, hanya Penciptalah
yang menjadi pusat pandangannya.
130. Badan cacat kita
cela, keutamaan kerendahan hati kita puji, tetapi keadaan kita ialah digerakkan
dan didorong olek sukma. Tetapi sukma tidak tampak, yang nampak hanya adan.
131. Cermin batin itu
bukanlah cermin yang dipakai orang-orang biasa. Cermin ini sangat istemewa,
karena mendekati kenyataan. Bila kau mengetahui badan yang sejati itulah yang
dinamakan kematian terpilih.
132. Bila engkau
melihat badanmu, Aku turut dilihat … Bila kau tidak memandang dirimu begitu, kau
sungguh tersesat.
133. Sukma tidak jauh
dari pribadi. Ia tinggal di tempat itu jua. Ia jauh kalau dipandang jauh,
tetapi dekat kalau dianggap dekat. Ia tidak kelihatan, karena antara Dia dan
manusia terdapat kekuadaan-Nya yang meresapi segala-galanya.
134. Hyang Sukma
Purba menyembunyikan Diri terhadap peglihatan, sehingga ia lenyap sama sekali
dan tak dapat dilihat. Kontemplasi terhadap Dia yang benar lenyap dan berhenti.
Jalan untuk menemukan-Nya dilacak kembali dari puncak gunung.
135. Tetapi Hyang
Sukma sendiri tidak dapat dilihat. Cepat orang turun dari gunung dan dengan
seksama orang melihat ke kiri ke kanan. Namun Dia tidak ditemukan, hati orang
itu berlalu penuh duka cita dan kerinduan.
136. Hendaklah
waspada terhadap penghayatan roroning atunggil agar tiada ragu terhadap
bersatunya sukma, penghayatan ini terbuka di dalam penyepian, tersimpan di
dalam kalbu. Adapun proses terungkapnya tabir penutup alam gaib, laksana
terlintasnya dlam kantuk bagi orang yang sedang mengantuk. Penghayatan gaib itu
datang laksana lintasan mimpi. Sesungguhnya orang yang telah menghayati semacam
itu berarti telah menerima anugrah Tuhan. Kembali ke alam sunyi. Tiada
menghiraukan kesenangan duniawi. Yang Maha Kuasa telah mencakup pada dirinya.
Dia telah kembali ke asal mulanya…..
137. Mati raga
orang-orang ulama yang mengundurkan diri di dalam kesunyian hutan ialah hanya
memperhatikan yang satu itu tanpa membiarkan pandangan mereka menyinpang.
Mereka tidak menghiraukan kesukaran tempat tinggal mereka hanya Dialah yang
melindungi badan hidup mereka yang diperlihatkan. Tak ada sesuatu yang lain
yang mereka pandang, hanya Sang Penciptalah yang mereka perhatikan.
138. Yang menciptakan
mengemudi dunia adalah tanpa rupa atau suara. Kalbu manusia yang dipandang
sebagai wisma-Nya. Carilah Dia dengan sungguh-sungguh, jangan sampai
pandanganmu terbelah menjadi dua. Peliharalah baik-baik iman kepercayaanmu dan
tolaklah hawa nafsumu.
139. Bila kau masih
menyembah dan memuji Tuhan dengan cara biasa, kau baru memiliki pengetahuan
yang kurang sempurna. Jangan terseyum seolah-olah kau sudah mengerti, bila kau
belum mengetahui ilmu sejati. Itu semua hanya berupa tutur kata. Adapun
kebenaran sejati ialah meninggalkan sembah dan pujian yang diungkapkan dengan
kata-kata.
140. Sembah dan puji
sempurna ialah tidak memandang lagi adanya Tuhan, serta mengenai adanya sendiri
tidak lagi dipandang. Papan tulis dan tulisan sudah lebur, kualitas tak ada
lagi. Adamu tak dapat diubah. Lalu apa yang masih mau dipandang. Tidak ada lagi
sesuatu. Maklumilah.
sumber:
http://insanberdakwah.blogspot.com
No comments:
Post a Comment